dianrakyat.co.id, Jakarta – PT Astra International Tbk (ASII) berencana membagikan dividen final tahun buku 2023. Besaran dividen tersebut lebih rendah dibandingkan dividen yang dibagikan pada tahun fiskal 2022 sebesar Rp 552 per saham.
Presiden PT Astra International Tbk Jony Bunarto Tjondro, Selasa (27 Februari 2024), mengatakan harga akhir Rp 421 per saham akan diusulkan dalam rapat umum pemegang saham tahunan perseroan. .
Rencananya dividen final akan dibagikan pada Oktober 2023 bersamaan dengan dividen interim sebesar Rp98 per saham. Dengan demikian, total dividen yang diusulkan pada tahun 2023 adalah Rp 519 per saham.
Sebagai perbandingan, perseroan membagikan dividen interim sebesar Rp 88 per saham pada tahun 2022. Sehingga total dividen yang dibagikan pada TA 2022 menjadi Rp 640 per saham.
Rasio pembayaran dividen tahun 2023 adalah 62 persen dari laba bersih Grup tahun 2023, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar untuk investasi GoTo dan Ermina. Rasio ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pembayaran dividen historis perusahaan.
“Usulan dividen final yang diajukan dewan didasarkan pada kinerja yang kuat pada paruh pertama tahun 2023 dan harga batu bara yang kuat yang mencerminkan pemulihan pandemi yang sedang berlangsung, sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengembalikan kelebihan saham kepada pemegang saham,” kata Johnny.
Grup Astra International membukukan kinerja terkuatnya pada tahun 2023 didukung oleh pemulihan penjualan sepeda motor dan pertumbuhan pinjaman konsumen. Kelompok ini terus menunjukkan ketahanannya dengan mendiversifikasi portofolionya pada paruh kedua tahun ini, meskipun harga komoditas lebih rendah dan kondisi ekonomi memburuk.
Jika kedua kondisi ini terus berlanjut, perseroan memperkirakan siklus pertumbuhan akan melambat pada tahun 2024. “Namun, kami yakin Grup berada pada posisi yang baik untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang dengan menarik investasi baru yang mendukung bisnis inti dan prioritas strategis kami,” tutup Johnny.
Diberitakan sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku 2023 yang berakhir 31 Desember 2023. Pada periode ini, perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang positif.
Perusahaan melaporkan pendapatan sebesar Rp 317,56 triliun pada tahun 2023, Bir Stock Indonesia (BEI) membeberkan laporan keuangan perseroan dalam rilis data, Selasa (27 Februari 2024). Pendapatan ini meningkat sebesar 5,04 persen dibandingkan pendapatan tahun 2022. Rp301,38 triliun.
Seiring dengan peningkatan pendapatan, nilai pendapatan pada tahun 2023 meningkat dari Rp 231,29 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 243,26 triliun. Namun perseroan melaporkan total pendapatan meningkat 4,60 persen atau Rp73,31 triliun dibandingkan tahun lalu. Rp70,09 triliun.
Pada tahun 2023, perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar Rp11,45 triliun, beban umum dan administrasi sebesar Rp17,59 triliun, dan pendapatan bunga sebesar Rp3,05 triliun. Selain itu, perseroan mencatat beban keuangan sebesar Rp3,11 triliun, kerugian selisih kurs sebesar Rp408 miliar, dan penyesuaian nilai wajar investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). 159 miliar.
Pendapatan lain-lain periode berjalan tercatat sebesar Rp1,71 triliun, porsi laba bersih ventura bersama sebesar 7,66 triliun, dan porsi laba bersih pihak berelasi sebesar 1,84 triliun. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan melaporkan laba periode berjalan sebesar 33,84 triliun kepada pemilik induk usaha Rp.
Pendapatan tersebut meningkat 16,91 persen dibandingkan pendapatan tahun 2022 yang mencapai Rp 28,94 triliun. Dari sisi aset perseroan tercatat sebesar Rp445,68 triliun pada akhir Desember 2023, naik dari Rp413,3 triliun pada akhir tahun 2022. Pada akhir tahun 2023 meningkat menjadi Rp 165,26 triliun. Sedangkan saham pada akhir tahun 2023 naik dari Rp 23,72 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 250,42 triliun.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) meyakini layanan kesehatan akan menjadi industri yang memiliki potensi jangka panjang. Dengan jumlah penduduk 270-280 juta jiwa, Indonesia membutuhkan layanan kesehatan yang memadai.
Johnny Bunarto Tjondro, Presiden Astra International, mengatakan layanan dan aksesibilitas kesehatan di Indonesia masih belum memadai dibandingkan negara tetangga, yakni Singapura dan Malaysia.
Selain itu, Halodoc, salah satu portofolio Astra, dinilai sebagai platform yang memberikan akses layanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia karena sistem digitalnya sangat bermanfaat.
“Mengingat potensi demografi dan pertumbuhan Indonesia, kami melihat layanan kesehatan sebagai industri yang memiliki potensi jangka panjang,” katanya.
Oleh karena itu, Astra International berambisi untuk terlibat di sektor kesehatan. Meski demikian, Astra masih dalam tahap awal pengembangan sehingga perseroan masih belajar banyak dari investasi yang dilakukannya.
“Itulah mengapa kami memutuskan untuk berinvestasi di Halodoc dan akan menambah investasi sebesar $100 juta pada tahun ini,” ujarnya.
Dengan investasi tersebut, Astra tentunya ingin berkontribusi dalam percepatan pengembangan Halodoc. Dengan ekosistem Astra yang luas, jumlah karyawan yang banyak, dan titik supply chain yang berharga, Astra memiliki berbagai kemampuan yang dapat dioptimalkan melalui sinergi dengan Halodoc.
“Kami sudah mulai mewujudkan beberapa sinergi, namun masih perlu melakukan beberapa penyesuaian tambahan.”
PT Astra International Tbk (ASII) sebelumnya mengabarkan data center tersebut akan beroperasi komersial pada akhir tahun 2024 atau awal tahun 2025.
Direktur Astra International Santosa mengatakan, pihaknya sedang membangun data center dengan luas total sekitar 5.300 m2 dan bisa memiliki 1.600 lemari. Alhasil, data center ini bisa digunakan untuk melayani perusahaan multinasional dan domestik di Indonesia.
“Kami memperkirakan pembayaran akan dilakukan pada akhir tahun ini, dan operasi komersial akan dimulai pada akhir tahun 2024 atau awal tahun 2025,” kata Santosa dalam keterangannya, Selasa (21/11/2023).
Sebelumnya, perusahaan infrastruktur digital global Equinix (Nasdaq: EQIX) dan PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan usaha patungan untuk mengembangkan infrastruktur digital di Indonesia yang dibutuhkan perusahaan domestik dan multinasional untuk mempercepat transformasi digital.
Equinix dan Astra membentuk perusahaan patungan dimana Equinix memiliki 75 persen dan Astra memiliki 25 persen.
Menggabungkan keahlian global Equinix dalam infrastruktur digital dan keahlian mendalam Astra International di Indonesia, usaha patungan ini akan membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia mengembangkan kemampuan digital mereka dan memanfaatkan teknologi-teknologi baru seperti hybrid multi-cloud, 5G, Internet of Things (IoT), teknologi buatan intelijen. . kecerdasan (kecerdasan buatan) dan lain-lain.
Jeremy Deutsch, presiden Equinix Asia Pacific, mengatakan pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mempercepat transformasi digital di seluruh Indonesia.
Usaha patungan dengan Astra ini memanfaatkan kemampuan digitalnya yang terus berkembang dan menunjukkan komitmennya untuk memenuhi kebutuhan Indonesia akan komputasi, penyimpanan, dan pusat data skala besar.