0
0
JAKARTA – Drone Baba Yaga milik Ukraina di medan perang melawan Rusia kini telah ditingkatkan kemampuannya dalam meluncurkan peluru kendali.
Dengan menggunakan teknologi terbaru ini, UAV Baba Yaga akan mampu menyerang kendaraan lapis baja paling kuat sekalipun dengan presisi tinggi dan melakukannya berulang kali jauh di belakang garis musuh tanpa mempertahankan posisi tetap di atas target.
Laporan dari The War Zone, Sabtu (8/3/2024) Di Telegram hari ini, muncul rekaman drone Baba Yaga yang ditangkap pasukan Rusia. Mereka menunjukkan drone Baba Yaga dengan antena, amunisi unik, serta suku cadang untuk panduan laser. Senjata drone ini memiliki ciri khas BK-30F yang memiliki hulu ledak besar.
Jenis senjata pastinya belum jelas, namun bisa jadi merupakan pengembangan dari rudal 9K112 Kobra. Cobra adalah senjata Soviet. Cobra dirancang untuk diluncurkan dari laras tank dan dipandu ke sasaran menggunakan penglihatan optik, mirip dengan cara misil TOW AS melakukan tugasnya.
Selain itu, sirip amunisi BK-30F tidak melengkung agar sesuai dengan badan rudal, yang merupakan kunci untuk menembak melalui tabung utama atau senjata tank.
Menggabungkan senjata semacam itu dengan drone Baba Yaga masuk akal. Drone ini bukanlah senjata yang murah atau sekali pakai seperti drone FPV lainnya. Ini adalah sistem kelas industri. Harganya puluhan ribu dolar dan mampu membawa beban berat sejauh puluhan kilometer.
Sekalipun tidak dilengkapi mesin roket dan hanya digunakan dalam mode jatuh bebas, amunisi terpandu akan memungkinkan drone Baba Yaga menyerang sasaran dari ketinggian yang jauh lebih tinggi dan tanpa harus bergelantungan tepat di atas sasaran yang diserangnya. Drone kemudian dapat melanjutkan pergerakannya untuk menyelamatkan diri.
Senjata-senjata dalam gambar baru, jika memang terkait langsung dengan jenis anti-tank yang ada, akan sangat mampu dalam peran anti-armor dan anti-personil dengan daya ledak yang jauh lebih besar dibandingkan bom kecil yang dijatuhkan oleh banyak drone FPV. .
