dianrakyat.co.id, Jakarta – Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan awal pekan ini. Setelah perdebatan RUU Pemilihan Kepala Daerah (RUU) berakhir, upaya pendanaan semakin meningkat.
Pada Senin (26/8/2024), rupee terapresiasi 182 poin atau 1,17 persen menjadi 15.310 per dolar AS dari 15.492 terhadap dolar AS.
Perdebatan politik mereda setelah DPR menyelesaikan revisi undang-undang pemilu. Alhasil, rupee menguat yang disusul kinerja aset keuangan yang kuat yakni saham dan obligasi, kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede seperti dikutip. jarak
Pada Jumat (22/8/2024), aksi protes yang meluas di Indonesia melemahkan nilai tukar rupiah, termasuk di wilayah setempat.
Pada pekan lalu, rata-rata volume perdagangan harian obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp27,48 triliun, lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya yang rata-rata Rp19,82 triliun.
Devisa obligasi publik Indonesia meningkat dari Rp9,59 triliun menjadi Rp831 triliun pada 22 Agustus 2024 atau 14,45 persen dari total beredar.
Di luar, dolar AS jatuh ke level terendah sejak Juli 2023, menurut pidato Ketua Fed Jerome Powell di Simposium Jackson Hole pada hari Jumat.
Powell mengatakan sudah waktunya bagi The Fed untuk memangkas Fed Funds Rate (FFR) AS.
“Pidatonya memberikan indikasi jelas mengenai suku bunga Fed di masa depan, sehingga memaksa dolar AS melemah secara global,” ujarnya.
Sebelumnya, beberapa bank sentral seperti Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ) telah memberikan sinyal berbeda dari The Fed yang justru mendongkrak nilai mata uangnya.
Gubernur BoE Andrew Bailey berpendapat masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi.
Sementara itu, Gubernur BoJ Kazuo Ueda menyatakan akan menaikkan suku bunga jika perekonomian terus melambat. Sterling dan yen Jepang masing-masing menguat 0,94 persen dan 1,31 persen.
Joshua memperkirakan rupiah akan bergerak antara Rp 15.375 hingga Rp 15.500 per dolar AS.