dianrakyat.co.id, Jakarta – Indonesia sedang menjalani transisi kepemimpinan dari presiden terpilih yang akan dilantik pada Oktober 2024.
Terkait kondisi tersebut, PT Saratoga Investama Sedaia Tbk (SRTG) sepakat akan tetap menjalankan rencana investasinya sesuai rencana.
Presiden baru terpilih Prabowo Subjanto berencana melanjutkan kebijakan pemerintahan Joko Widodo. Hal ini nampaknya membuat pasar menjadi lebih menarik, setelah adanya kekhawatiran akan perubahan kebijakan jika terjadi pergantian kepemimpinan yang berujung pada perubahan kebijakan.
“Tidak ada perubahan (rencana) saat ini. Dari sisi perseroan, kami akan terus memantau kondisi pasar. Namun untuk saat ini belum ada perubahan dari hal-hal yang kami bahas sebelumnya,” kata Investor Relations Saratoga Ryan Suall kepada wartawan di Kamis (16/5).
Chief Investment Officer Saratoga Devin Viravan mengatakan Saratoga akan terus berupaya melaksanakan rencana investasinya pada tahun ini. Langkah ini sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif. Berakhirnya proses pemilu pada Februari lalu secara damai juga telah memberikan modal yang cukup bagi para pelaku usaha untuk terus berinvestasi dan mengembangkan usahanya.
“Kami akan selalu fokus pada peningkatan investasi pada sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Salah satu rencananya adalah memperkuat investasi pada portofolio yang sudah ada atau menambah portofolio baru yang memiliki prospek bagus untuk pertumbuhan bisnis dalam jangka panjang,” tutup Devin.
Strategi investasi Saratoga terus berkembang seiring dengan perubahan zaman, dari fokus awal pada sektor sumber daya alam, infrastruktur, dan barang konsumsi hingga keterlibatan perusahaan di berbagai sektor yang sedang berkembang, termasuk teknologi digital, layanan kesehatan, dan energi terbarukan, saat ini. tumbuh dewasa. pesat dan semakin penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Sebelumnya, Saratoga Investama Sedaia Tbk (SRTG) berencana membeli kembali saham perseroan yang ditempatkan dan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah saham yang akan dibeli kembali adalah 0,54 persen dari modal disetor perseroan atau sebanyak-banyaknya 75 juta lembar saham.
Biaya untuk menyelesaikan pembelian ini sekitar Rp 150 miliar. Biaya-biaya ini termasuk biaya perdagangan dan biaya lain yang terkait dengan perolehan saham.
Berdasarkan pengumuman Bursa, Senin (4 Agustus 2024), pembelian kembali saham tersebut akan dilakukan dalam jangka waktu 12 bulan atau satu tahun sejak rencana pembelian kembali disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPSLB). 16 Mei 2024. Pembelian kembali saham dijadwalkan berlangsung mulai 1 Juli 2025 hingga 30 Juni 2028.
Fokus utama perseroan dalam pelaksanaan pembelian kembali saham ini terkait dengan pelaksanaan program jangka panjang revitalisasi karyawan perseroan. Selain itu, perseroan menilai harga pasar saham perseroan saat ini tidak mencerminkan nilai atau kinerja perseroan sebenarnya.
Berdasarkan alasan tersebut maka perusahaan ingin bersikap fleksibel yang memungkinkan perusahaan mempunyai cara untuk menjaga kestabilan harga pasar saham perusahaan agar lebih mencerminkan nilai atau kinerja perusahaan.
Selain itu, perseroan berencana untuk menahan saham yang dibeli untuk penyelesaian sebagai saham milik sendiri untuk jangka waktu tidak lebih dari 3 tahun. Selain penerapan program insentif karyawan jangka panjang, perseroan sewaktu-waktu dapat mengalihkan saham yang dibeli sesuai Pasal 21 POJK 29/2023.
Sebelumnya, PT Saratoga Investama Sedaia Tbk (SRTG) mengumumkan nilai aset bersih (NAV) sebesar Rp 48,9 triliun pada tahun 2023. NAV ini berkurang 20 persen dibandingkan tahun 2022.
Direktur Investasi Saratoga Devin Viravan mengatakan volatilitas harga komoditas sepanjang tahun 2023 berdampak pada harga saham perusahaan portofolio utama Saratoga, yakni PT Adaro Energi Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Penurunan harga saham ini turut mempengaruhi NAB Saratoga pada akhir tahun lalu, kata Devin dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (19/3/2024).
Devin yakin dengan landasan yang baik, perusahaan portofolio seperti ADRO dan MDKA akan mampu mencapai pertumbuhan bisnis dan profitabilitas yang berkelanjutan. Lebih lanjut, kedua anak perusahaan perseroan bergerak di sektor-sektor strategis seperti batu bara, emas, nikel, dan industri hilir yang berdampak langsung terhadap perekonomian global dan lokal.
Meski terjadi penurunan NAV selama tahun 2023, namun perseroan mampu meningkatkan kinerja perusahaan portofolionya dengan meraih dividen dan hasil penjualan yang menguntungkan. Hal ini tercermin dari pendapatan Saratoga dari saham dan penjualan pada akhir tahun 2023 yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa yakni Rp 3,9 miliar.
Devin mengamini bahwa tahun 2023 penting bagi Saratoga dalam menerapkan strateginya sebagai perusahaan investasi. Selain mendorong pertumbuhan dividen di tengah kondisi pasar yang bergejolak, Saratoga juga mampu mengekstraksi dan memonetisasi portofolio yang matang dan menghasilkan keuntungan perusahaan yang tinggi.
“Kami bersyukur pada tahun 2023, Saratoga mampu meraih rekor pendapatan dividen yang tinggi bagi perusahaan portofolionya, yang akan membuat keuangan perusahaan semakin kuat.” “Dengan uang ini, kami memiliki kapasitas yang luas untuk melaksanakan berbagai strategi investasi, pada tahun 2023 dan tahun-tahun mendatang,” kata Devin.
Didukung oleh neraca yang kuat, Saratoga kembali melaksanakan rencana investasinya pada tahun 2023 dengan meningkatkan kepemilikannya di PT MGM Bosco Logistik (MBL) menjadi pemegang saham mayoritas.