Mengenal Hustle Culture, Budaya Gila Kerja yang Rentan Bikin Pekerja Alami Burnout

Read Time:2 Minute, 53 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Seseorang yang bekerja dalam budaya sibuk lebih besar kemungkinannya untuk mengalami burnout. Sebab, mereka tidak memahami keterbatasan diri dan memperhatikan sinyal-sinyal negatif yang dikeluarkan tubuhnya.

Apa yang dimaksud dengan budaya sibuk?

“Pada hakikatnya, hustle artinya hidup seseorang adalah tentang pekerjaan yang mendominasi waktunya sedemikian rupa sehingga tidak mempunyai waktu untuk menjalani hidupnya sebagai hobi. , menjaga diri sendiri, berkumpul dengan keluarga dan teman,” kata Joe Ryle adalah Direktur Kampanye 4 Hari Seminggu di Good Housekeeping.

Menurut psikolog Samanta Elsener, perilaku yang diakibatkan oleh kebiasaan sibuk adalah hilangnya kewajiban dan mudah marah. Ditambah lagi, komedi cenderung membuat orang lebih banyak berpikir (dan lebih khawatir).

“Perilakunya seperti ide yang bagus, dia suka berpikir berbeda sehingga dia tidak sadar bahwa dia menghancurkan dirinya sendiri dengan mengambil suatu posisi, yang pada akhirnya akan membuat dia lebih banyak kesulitan untuk memberikan dirinya sendiri,” kata Samanta di Talk Show Siaran Sehat di channel YouTube Kementerian Kesehatan India, pada 26 Maret 2024.

Jika perilaku ini menjadi semakin negatif, hal ini tidak terkait dengan perasaan yang baik, seperti memvalidasi perasaan yang dialami, dan pada akhirnya orang yang terpengaruh akan berlalu.

“Jika kamu selalu kuat dan tidak membenarkan perasaan yang kamu dapatkan, dan jika kamu terlalu banyak berpikir maka akan muncul segala macam perilaku yang jauh dari kata sehat, sampai akhirnya kamu tidak akan sakit mental, kamu akan sakit. secara fisik juga,” kata Samanta.

Oleh karena itu, orang dengan kebiasaan sibuk lebih cenderung berkeringat.

Samanta mengatakan, sebisa mungkin jangan melakukan kebiasaan buruk karena dapat berdampak serius bagi kesehatan tubuh.

Oleh karena itu, penting untuk memiliki kebiasaan penyimpanan yang baik untuk membantu menjaga kesehatan mental dan fisik. Berikut beberapa perilaku baik yang bisa Anda lakukan: Bersyukur. Mulailah memeriksa diri Anda sendiri, seberapa besar Anda menghargai olahraga setiap hari. Meski sibuk, luangkan waktu untuk berolahraga. “Jika kita terus bekerja dan tidak berolahraga, itu tidak baik dan tubuh menjadi tidak stabil dan tidak seimbang.” Pemeriksaan kesehatan jiwa. Periksakan kesehatan mental Anda secara rutin agar Anda mengenal diri sendiri dan merasa yakin bahwa tubuh Anda sehat, sehingga Anda tahu gaya hidup seperti apa yang sebaiknya Anda jalani.

Menurut Samanta, meski tuntutan hidup tinggi dan terkesan bersaing dengan rekan-rekan yang lebih sukses, penting untuk tetap menjaga sikap untuk mempertahankan karier. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur batasan dan kelebihan diri, serta menetapkan tujuan hidup yang realistis dan sesuai dengan kelebihan yang dimiliki.

“Apakah tujuan hidup kita masuk akal atau tidak, apakah sesuai dengan kemampuan kita, jika benar dan adil maka akan lebih mudah untuk mengukur tujuan tersebut,” kata Samanta.

Jika Anda tidak memiliki pola pikir yang realistis, Anda akan terlibat dalam kebiasaan impulsif saat Anda memaksakan diri untuk mencapai tujuan yang tidak realistis. Oleh karena itu, penting untuk mengenal diri sendiri.

“Kenali dirimu, kenali kelebihanmu. Kalau kenal dirimu dan mau kenali dirimu, maka mentalmu akan lebih baik dan lama kelamaan pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik tanpa memaksakan diri,” tuturnya.

Salah satu aspek beracun (non-) dari budaya sibuk adalah keinginan untuk bersaing dan membandingkan diri sendiri, tanpa disadari bahwa hal tersebut bisa menjadi kebiasaan buruk.

Mengutip Stylist, konsultan perawat kesehatan mental di Bupa UK, Fatmata Kamara mengatakan, membandingkan diri sendiri dengan orang lain menurunkan harga diri dan menetapkan ekspektasi yang tidak realistis terhadap diri sendiri.

Daripada membandingkan diri sendiri, cobalah untuk lebih fokus dan menghargai kesuksesan diri sendiri. Hal ini dapat meningkatkan harga diri dan memotivasi seseorang. Cobalah untuk membatasi waktu Anda menggunakan media sosial, karena hal ini dapat mengurangi risiko membandingkan diri Anda dengan orang lain.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Rahasia Terpecahkan! Makhluk Laut Ini Punya Mata di Seluruh Cangkangnya
Next post Daihatsu Gran Max 4 Rupa Ramaikan Pameran GIICOMVEC 2024