0 0
Read Time:2 Minute, 5 Second

dianrakyat.co.id – Kasus bullying di lingkungan sekolah terus menjadi momok. Kejadian ini akan merugikan kedua belah pihak. Korban mogok sekolah, dan pelaku mendapat sanksi. Hal ini akan mempengaruhi masa depan mereka.

Menurut psikolog dan pakar parenting Irma Gustiana, bullying jenis ini terjadi karena berbagai alasan. Faktornya dimulai dari lingkungan rumah, atau anak itu sendiri. Bullying yang dilakukan pihak sekolah juga bisa disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia (SDM).

“Ada banyak faktor yang menyebabkan Rusia. Dalam keluarga ini, sebenarnya tindakan kekerasan yang dilakukan anak sendiri, sulit mengendalikan emosinya, dari sudut pandang sekolah, mungkin disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia. Di sini tidak ada call center, kata Irma, Jumat, 8 Maret 2024 di Cianjur, Jawa Barat.

Ia memaparkan beberapa ciri anak yang mengalami kekerasan. Salah satunya adalah perubahan bentuk emosi.

“Hal pertama yang kita perhatikan adalah perubahan suasana hati. Misalnya saja seorang anak yang biasanya tampak bahagia, gembira di sekolah, atau bahagia setiap hari, namun dalam dua minggu terakhir wajahnya sedih dan tertekan. “Iya, ini benar-benar a bendera merah atau ada yang terjadi pada anak itu tandanya mungkin sedang berbaring,” tutupnya.

Perubahan ini, kata Irma, harus diketahui orang tua. Hal ini juga dapat dilihat dari perilakunya. Anak-anak korban kekerasan tidak mau bersekolah. Lagipula, dia merasa terancam jika bertemu dengan penjahat atau teman di sekolah.

“Orang tua harus lebih sensitif. Kemudian terjadi perubahan berupa perilaku. Misalnya, seorang anak mogok kerja, tidak mau sekolah, karena merasa dirinyalah biang perundungan yang dilihat teman-temannya. “Ya, seringkali anak menolak mengidentifikasi sumber stresnya,” ujarnya.

Ciri lain dari anak yang mengalami kekerasan adalah cara berpikirnya. Terkadang sulit bergaul dengan anak-anak. Menurut Irma, orang tua sebenarnya bisa menunjukkan bahwa anak adalah korban bullying. Oleh karena itu, orang tua harus peka terhadap anaknya.

“Kemudian mental. Itu kan di pikiran anak, kadang susah komunikasi sama dia. Tapi kalau misalnya orang tua bisa lebih peka ke anaknya, ini memang cara komunikasinya. Atau kalau anak sudah kritis . tahapnya, anak mungkin mengutarakan kalimat putus asa,” ujarnya.

Ia mengimbau para orang tua membatasi aktivitas di jejaring sosial dan memperhatikan perilaku anak di lingkungan tempat tinggalnya.

Selain itu, ia menjelaskan, hubungan antara orang tua dan anak harus baik. Lagi pula, ketika komunikasinya baik, anak akan merasa nyaman membicarakan kegiatan atau acara sekolahnya yang dirasa perlu untuk dikomunikasikan. Ia mengatakan, orang tua harus menghindari kekerasan. Serangan Iran dimulai, Israel menutup semua sekolah tanpa batas waktu Israel baru saja mengumumkan akan menutup sekolah di seluruh negeri karena masalah keamanan, kata juru bicara militer Daniel Hagari, Sabtu 1 dianrakyat.co.id.co.id, 14 April 2024.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D