dianrakyat.co.id, Jakarta – Kabar gembira komedian Kiki Saputri mengalami keguguran saat hamil 10 minggu. Diakuinya, Kiki tak hanya kehilangan janinnya, ia juga kehilangan salah satu indung telur kirinya.
Inilah salah satu keguguran yang dialami wanita berusia 30 tahun yang disebabkan oleh kista yang tumbuh bersama janinnya. Namun, setelah kista di luar dinding rahim dibersihkan, ia terus tumbuh.
dianrakyat.co.id mengutip tim Showbiz, Senin 18 Maret 2024, Kiki tak menjelaskan lebih lanjut saat ditanya pemicu pengangkatan indung telurnya pasca histerektomi. Namun, kata dia, kelelahan menjadi salah satu penyebabnya.
“Iya capek ya, aku sayang kamu sayang,” kata Kiki saat ditemui di Tendian, Jakarta Selatan.
Awalnya, Kiki mengira dia menderita sakit perut yang parah dan memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Ditemani suaminya Mohammad Khairy, Kiki dibius kesakitan dan langsung ditangani dokter yang mengangkat indung telur kirinya.
Pengalaman Kiki Saputri tentu juga dialami perempuan lainnya. Kiki mengatakan di saluran YouTube-nya bahwa dia menyesal tidak menjaga dirinya sendiri, termasuk pilihan makanannya, yang mengakibatkan dia menderita fibrosis kistik.
Melansir laman Mayo Clinic, Selasa (19/3/2024), kista ovarium biasanya berupa cairan di dalam atau di permukaan ovarium. Betina memiliki dua ovarium, satu di setiap sisi rahim.
Kebanyakan kista tidak bersifat kanker atau jinak, dan wanita bisa hamil meski memiliki kista. Namun kista yang membesar mempengaruhi organ reproduksi dan memerlukan pengangkatan ovarium.
Kista ovarium merupakan penyakit yang umum terjadi dan tidak berbahaya. Jika slip hilang tanpa pengobatan dalam beberapa bulan, tidak ada gejala, pergilah ke diri Anda sendiri. Namun kista ovarium yang membesar dapat menyebabkan nyeri panggul.
Dikutip dari laman Cleveland Clinic: Kebanyakan kista ovarium terbentuk karena siklus menstruasi Anda. Namun, ada penyebab lain, seperti proliferasi sel yang tidak normal.
Proliferasi sel yang tidak normal menyebabkan pembentukan kista dermoid dan dermosom. Kemudian akibat endometriosis, pembengkakan kistik ini sering terjadi pada ovarium pada tahap awal endometriosis.
Kemudian karena penyakit radang panggul (PID). Penyakit radang panggul yang parah dapat menyebar ke ovarium dan menyebabkan sistitis.
Lalu bagaimana cara mendeteksi kista ovarium? Pengalaman terkena kista ovarium dikatakan berbeda-beda pada setiap orang. Ada orang yang tidak merasakan sakit apa pun, namun ada pula yang mengalami rasa tidak nyaman ringan seperti sakit perut saat memikirkan menstruasi.
Hampir 20 persen wanita hamil memiliki gejala depresi atau kecemasan, menurut jurnal yang diterbitkan oleh National Library of Medicine berjudul “Early Postpartum Depression and Anxiety: Rekomendasi untuk Penyedia Layanan Primer.”
Pada sebagian besar pasien, gejalanya menetap selama 1 hingga 3 tahun, sehingga memengaruhi kualitas hidup dan kehamilan berikutnya. Memang benar, keguguran dini merupakan peristiwa yang mengejutkan dan traumatis bagi wanita dan keluarganya.
Keguguran biasanya menyebabkan rasa sakit emosional yang hebat. Reaksi-reaksi ini cenderung membaik dalam beberapa bulan ke depan, namun beberapa kekhawatiran psikologis mungkin masih ada. Pasien dengan depresi dan kecemasan harus diskrining setelah kehamilan.
Kebanyakan wanita dengan kondisi ini akan hamil lagi, namun gangguan mood akan terjadi pada saat yang bersamaan. Ketika wanita mengalami kesulitan untuk hamil, kecemasannya meningkat.
Kebanyakan wanita dan dokter ingin melakukan intervensi setelah keguguran, dan penting untuk memberikan pengobatan yang tepat. Mengobati gejala depresi dan kecemasan setelah kehamilan dapat bermanfaat bagi kesehatan mental pasien di masa depan.
Wanita yang mengalami keguguran traumatis menderita tekanan psikologis, dan prevalensi gejala depresi yang signifikan secara klinis sering kali diremehkan. Menurut penelitian, subjek yang diperiksa antara 6 dan 8 minggu mengalami depresi yang jauh lebih sedikit dibandingkan kelompok wanita yang tidak hamil.
Selain itu, 20% diantaranya mengalami gejala kejiwaan. Enam minggu setelah melahirkan, sekitar 11% wanita Tiongkok mengalami depresi dan 1,4% mengalami gangguan kecemasan.
Namun, kejadian depresi berat lebih rendah dibandingkan penelitian budaya Barat. Dalam enam bulan setelah keguguran, wanita memiliki peningkatan risiko terkena depresi ringan secara signifikan, dengan sebagian besar gejala muncul dalam bulan pertama setelah keguguran.
Ketidakpastian yang dihadapi wanita pasca keguguran dapat menyebabkan tingginya tingkat kecemasan, yang membawa beban psikologis lebih besar dibandingkan depresi. Kekhawatirannya antara lain menunggu datangnya menstruasi kembali, keinginan untuk hamil, risiko keguguran berulang, dan ketakutan akan kesuburan.
Pada 12 minggu pasca keguguran, rasa cemas lebih sering terjadi dan lebih kuat dibandingkan depresi. Pada tahun 2007, survei yang dilakukan setelah 1, 6, dan 13 bulan menemukan bahwa kekhawatiran lebih umum terjadi dibandingkan rasa putus asa pada ketiga hasil tersebut.