Perang Sarung Berisiko Hilangkan Nyawa, Mengapa Remaja tak Takut Mati?

Read Time:1 Minute, 6 Second

dianrakyat.co.id, JAKARTA – Kasus bentrokan berulang kali mengakibatkan remaja terluka dan banyak korban jiwa. Akhir-akhir ini marak terjadi “perang sarung tangan” yang tidak lebih dari perang massal.

Mengapa remaja tidak takut terluka, tidak khawatir mati dalam perkelahian? Dari segi psikologis, ada beberapa alasan yang membuat mereka berani melakukan tindakan berisiko.

Salah satu pendiri sekaligus psikolog klinis dewasa Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani mengatakan, ada beberapa faktor yang berperan dalam perilaku berisiko remaja. Menurut Nadya, perlu dipahami pola pikir remaja agar bisa memahami mengapa mereka tidak takut mengambil risiko.

Salah satu ciri khas remaja adalah rasa keunikan. Meskipun kemampuan berpikir mereka sudah berkembang, mereka belum mampu memprediksi risiko secara akurat.

“Saya harus memahami dulu cara atau mentalitas remaja. Jadi salah satu ciri atau kekhasan pemuda adalah awet muda dan rasa keunikannya,” kata Nadya kepada dianrakyat.co.id beberapa waktu lalu.

Remaja seringkali merasa dirinya antipeluru, seperti tidak peka. Mereka percaya bahwa mereka dapat menghindari konsekuensi negatif dari perilaku berisiko.

Hal ini disebabkan meningkatnya rasa percaya diri dan egoisme yang menjadi ciri narsisme remaja. Namun, hal ini juga membuat mereka rentan terhadap perilaku berisiko, seperti bereksperimen dengan narkoba, alkohol, atau seks bebas.

Nadia mengatakan, remaja cenderung menentang otoritas dan norma sosial karena mereka cenderung melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang sempurna. Seringkali mereka tidak memahami risiko sebenarnya dari tindakan yang mereka ambil.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Wahyudi Hamisi Dilaporkan ke Jokowi, PSSI: Sanksi Berat!
Next post Terkait DBD, Justru Lebih Aman Kalau Hujan Terjadi Terus Menerus Setiap Hari