0 0
Read Time:1 Minute, 55 Second

Jambi – Setelah kejadian tragis yang melibatkan APD, seorang pelajar berusia 12 tahun asal Tasikmalaya, Jawa Barat, menghebohkan publik. Peristiwa ini menjadi viral, salah satu videonya diposting di akun Instagram huswatch.id

Peristiwa mengenaskan terjadi di Pondok Pesantren Tawakal Tri Sukses Kota Jambi, dimana dua kakak beradik bernama Rosan dan Firman yang merupakan lulusan SMA namun masih bekerja di pesantren tersebut diduga melakukan penganiayaan fisik yang mengerikan terhadap APD.

Ayah APD, Rikarno Diwi mengungkapkan, ini bukan kali pertama putranya menjadi korban perundungan. Pada September lalu, APD juga menjadi korban perundungan, namun saat itu pihak pesantren melarangnya menceritakan kejadian tersebut kepada orang tuanya.

Dalam beberapa insiden baru-baru ini, penganiayaan yang dilakukan oleh APD menjadi lebih parah, termasuk menutup mulutnya, memegang tangannya, membunuhnya, dan memutilasi bagian pribadinya.

Rikarno Diwi yang mendengar penyakit anaknya langsung datang ke pesantren untuk mengambil APD. Saat ditemui di Dinas Kesehatan, APD Lemah mengatakan, kejadian serupa pernah dialaminya pada September lalu, namun terpaksa dirahasiakan karena adanya larangan sekolah Islam.

Orang tua APD tidak mau menyelesaikan masalah tersebut secara damai dan memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut ke Polisi wilayah Jambi. Rikarno Diwi mengatakan sebaiknya putranya berkonsultasi ke psikiater karena pikirannya sedang rusak.

Sementara itu, pihak Universitas Islam beralasan telah terjadi mediasi antara pelaku dan korban, dan mengklaim permasalahan tersebut telah selesai.

Kejadian ini telah menimbulkan masalah serius terkait kekerasan di universitas-universitas Islam, menunjukkan pentingnya melindungi mahasiswa dari kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa atau guru.

Kejadian ini pun viral di media sosial. Banyak netizen yang geram dengan kebrutalan pelaku dan berempati terhadap penderitaan korban dan keluarganya.

“Hatiku sakit melihatnya ya Allah. Apalagi melihat wajah tabah anakku. Sebagai orang tua aku juga kurang bahagia. Meski dia bukan anakku, tapi pedih deg-degan melihatnya,” komentarnya. seorang warganet.

“Saya seorang mahasiswi di salah satu pesantren, tapi kalau begini, tidak perlu bertanggungjawab atas kelakuan atau pelayanan santrinya, tutup saja, buat wajah, nama, sebarkan semuanya, biarlah halal. ,” sahut warganet lainnya.

“Ini salah satu alasan kenapa menantuku jadi ‘pemenang’ di rumah. Karena katanya kalau dia lemah, yang dibully orang yang lebih tua,” ujar warganet lain.

Baca presentasi pendidikan lainnya di tautan ini. Bilang Terorisme di Indonesia Reduksi Perdana Menteri Hadi: Pemerintah Tak Beri Tempat kepada Menteri Hukum, Keadilan dan Keamanan (Menko Polhukam), Hadi Tjahjanto buka suara soal aksi kekerasan yang terjadi belakangan ini di Indonesia. dianrakyat.co.id.co.id 25 Maret 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D