0 0
Read Time:1 Minute, 45 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Anggota Unit Kerja Koordinasi Nefrologi (UKK) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr dr Heru Muryawan, Sp.A(K) mengingatkan, anak juga bisa mengalami tekanan darah tinggi.

Ada beberapa faktor risiko terjadinya hipertensi pada anak, mulai dari faktor keturunan hingga obesitas.

“Kalau faktor risiko pada anak itu keturunan, misalnya ada keluarga yang menderita hipertensi, biasanya anak atau keturunannya bisa, ya tidak. Tapi hipertensi bisa saja terjadi,” kata Heru dalam seminar media online, Selasa, dilansir Antara.

Heru mengatakan anak-anak yang memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi berisiko mengalami kondisi yang sama. Selain itu, penyakit jantung bawaan, kurang aktivitas fisik, serta konsumsi garam, lemak, dan gula yang berlebihan juga dapat menyebabkan hipertensi pada anak.

Anak yang mengalami obesitas, kata Heru, cenderung mengalami hipertensi. Hal serupa juga terjadi pada anak-anak yang lahir dengan berat badan kurang dan kemudian diberi makan berlebihan. Hal ini dapat meningkatkan risiko hipertensi pada anak.

Jadi waspadalah kalau ada risikonya, misalnya obesitas, riwayat keluarga, berat badan lahir rendah, perlu waspada,” sarannya.

Adapun faktor penyebabnya, kata dia, 97,5 persen hipertensi pada anak disebabkan oleh penyakit ginjal. Sedangkan penyebab lainnya antara lain penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit saraf, penyakit hormonal, dan penyakit psikis.

Lebih lanjut Heru menekankan pentingnya memantau kesehatan anak sejak dini. Anak-anak dengan faktor risiko disarankan untuk memeriksakan tekanan darahnya setiap tahun sejak usia tiga tahun.

“Sebenarnya skrining dilakukan pada usia tiga tahun. Diukur, kalau aman tenang saja. Tapi kalau pada usia tiga tahun ada faktor risiko, dianjurkan skrining setahun sekali,” ujarnya.

Hipertensi pada anak juga dapat mempengaruhi kesehatan di masa dewasa. Heru mengingatkan, jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi pada anak bisa berlanjut hingga dewasa.

Menghadapi faktor risiko, Heru menyarankan perubahan gaya hidup, seperti mengurangi berat badan anak yang mengalami obesitas, pola makan rendah lemak dan garam, serta memberikan bayi ASI eksklusif.

Lalu ada juga asupan makanan yang mengandung kalium dan kalsium, tapi tidak perlu dipikirkan karena kalau makanannya sesuai dengan makanan yang dimakan, ada lemak, ada protein, ada sayur-sayuran. Yang protein hewani, ada karbohidrat, cukup, dan yang terakhir olahraga teratur,” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D