HEADLINE: Waspada Kasus DBD di Indonesia Meningkat Drastis, Jurus Menghindarinya?

Read Time:9 Minute, 27 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (DITGEN P2P) Kementerian Kesehatan RI, terjadi peningkatan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak akhir tahun lalu. Februari 2024. . Semula pada akhir Februari kasus demam berdarah ada sekitar 15.977 kasus, namun kini menjadi sekitar 35.000 kasus.

Peningkatan jumlah kasus DBD di Indonesia telah dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan. Siti Nadia Tarmizi, Kepala Kantor Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, mengatakan kasusnya meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2023.

Sebenarnya jika kita bandingkan tahun 2023 dengan tahun 2024, kasus DBD meningkat dari 15.000 kasus menjadi 35.000 kasus, kata Kepala Kantor Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Termezi di Jakarta, Jumat. 22/3).

Faktanya, jumlah kasus demam berdarah dan angka kematian meningkat pada tahun ini. Angka kematian juga meningkat, namun tidak sebesar peningkatan kasus DBD, kata Siti Nadia, dilansir Antara.

Ditjen P2P melaporkan sebanyak 124 pasien DBD meninggal dunia hingga minggu kedelapan tahun 2024.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demam berdarah adalah infeksi virus DENV yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ada empat jenis virus demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa sekitar setengah dari populasi dunia berisiko tertular demam berdarah, dengan perkiraan 100–400 juta infeksi per tahun di seluruh dunia.

Direktur Studi Pascasarjana Universitas YARSI yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO untuk Asia Tenggara, Prof. Tajandra Yoga Aditama seperti dikutip WHO mengatakan, kejadian demam berdarah di seluruh dunia meningkat drastis selama satu dekade terakhir.

“Dari 505.430 kasus pada tahun 2000, meningkat menjadi 5,2 juta pada tahun 2019,” kata Tajandra dalam keterangan yang diperoleh dianrakyat.co.id, Kamis (28/3).

Tjandra juga memaparkan data lain berdasarkan “modeling” yang memperkirakan terdapat 390 juta infeksi demam berdarah di seluruh dunia setiap tahunnya.

“Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 96 juta yang memiliki manifestasi klinis yang jelas. Oleh karena itu, penting juga untuk mengetahui bahwa banyak kasus tidak terdiagnosis dengan benar dan hanya disebut penyakit demam.”

Bahkan penelitian lain menyebutkan sekitar 3,9 miliar orang di dunia berisiko tertular virus demam berdarah, ujarnya.

WHO menyebutkan demam berdarah tercatat sebagai penyakit endemik di lebih dari 100 negara di dunia. Dikatakan pula bahwa 70 persen kasus demam berdarah di dunia terjadi di benua Asia. Data WHO untuk Asia Tenggara menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari 30 negara di dunia yang sangat endemis demam berdarah.

Kementerian Kesehatan menyebutkan jumlah kasus demam berdarah di Indonesia akan mencapai 35.556 pada tahun 2024, dengan 290 kematian.

“Padahal tinggal 11 minggu lagi menuju tahun 2024,” kata Imram Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dalam diskusi media #Ayo3MPlusVaksinDBD baru-baru ini.

Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus dan kematian DBD tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan 10.428 kasus dan 94 kematian. Menurutnya, karena jumlah penduduk yang besar, paparan penyakit demam berdarah lebih mudah menyebar di Provinsi Jawa Barat.

Dilaporkan juga terdapat 18 provinsi yang mengalami peningkatan kasus DBD hingga Maret 2024, antara lain: Sumatera Barat Sumatera Selatan Lampung Bengkulu Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Banten Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Bali Nusa Tenggara Barat Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta.

Tajandra mengatakan, diperlukan analisa mendalam mengenai apa yang terjadi saat ini terkait peningkatan kasus DBD di Indonesia. Menurut dia, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal tersebut terjadi, seperti: pola musim, akibat musim hujan saat ini, angin dan suhu lingkungan saat ini, serta aspek kelembaban, populasi nyamuk yang tinggi, virus yang sedang beredar. ke serotipe. Hal ini disebabkan oleh kurangnya program proaktif, mungkin prioritas lain yang telah lebih banyak dilaksanakan, lemahnya sistem pemantauan yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam pencatatan pelaporan dan respons, serta dalam mengenali tanda-tanda dan gejala yang terkait dengan insiden serius. Penyakit demam berdarah. Untuk alat diagnostik awal (“perangkat diagnostik demam berdarah”) mungkin terbatas dalam hal sumber daya manusia, sehingga memerlukan petugas pengendalian vektor dan bukan hanya petugas yang datang ke klinik pasien, yang tentu saja juga akan meningkatkan komunikasi risiko. Keterlibatan masyarakat dan partisipasi aktif. Pada dasarnya adalah mempromosikan program kesehatan secara langsung ke berbagai lapisan masyarakat dan tidak hanya di rumah sakit yang peralatannya sangat canggih.

Sementara itu, Siti Nadia Termezi mengatakan pemanasan global, termasuk El Nino yang akhir-akhir ini melanda Indonesia, menjadi faktor pemicu munculnya penyakit DBD di masyarakat.

“Dengan peralihan El Nino dari musim kemarau panjang ke musim hujan, penyakit demam berdarah meningkat,” ujarnya.

Menurut Nadia, cuaca panas juga meningkatkan siklus hidup nyamuk dari telur hingga dewasa.

Informasi serupa sebelumnya disampaikan Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan. Menurutnya, nyamuk akan lebih banyak menggigit saat cuaca panas dan kering.

“Pada suhu 30 derajat ke atas nyamuk akan lebih sering menggigit, 2,5 kali lebih banyak, sehingga jika suhu lebih tinggi maka nyamuk akan lebih sering menggigit,” kata Imran di Jakarta, Kamis (21/03).

Imran mengatakan, meskipun suhu cuaca pada tahun 2024 kemungkinan akan lebih hangat dibandingkan tahun lalu, namun curah hujan masih jauh lebih tinggi. Ia mengatakan hal ini berbahaya bagi semua orang karena meningkatkan keganasan nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah.

Nadia memperkirakan kenaikan kasus DBD akan terus berlanjut hingga masa puncaknya pada April 2024.

Karena tingginya jumlah kasus demam berdarah di Jawa Barat, gejala-gejala yang tidak biasa dikaitkan dengan penyakit tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung (DINS) Anhar Hadian mengatakan sebagian besar kasus DBD di Kota Bandung memiliki gejala yang biasanya tidak disadari.

Seperti yang Anda ketahui, gejala umum demam berdarah yang patut diwaspadai adalah demam mendadak, sakit kepala, sakit mata, mual dan muntah, mimisan atau gusi berdarah, ruam kulit, serta kerusakan otot, tulang, dan pendarahan sendi. Selain itu, bintik-bintik merah mulai muncul di kulit korban.

Gejalanya adalah demam yang tidak kunjung sembuh. Dan tidak ada gejala bintik-bintik merah. Ini yang harus diwaspadai, kata Anhar dalam keterangannya, Selasa, 26 Maret 2024.

Mereka khawatir gejala demam berdarah “baru” ini mirip dengan gejala flu biasa. Hal ini akan membuat orang mengira bahwa gejala yang dialaminya adalah flu.

Namun, Anhar menegaskan, ada perbedaan signifikan antara gejala flu biasa dengan gejala demam berdarah yang baru-baru ini terjadi.

Jadi gejalanya suhu badan tinggi. Dua atau tiga hari naik, agak tenang, lalu naik lagi. Bedanya dengan flu, kalau flu, kasih paracetamol, istirahat yang cukup, dan makan yang banyak, nanti sembuh.. Begitu juga setelah dua sampai tiga hari demam berdarahnya tidak kunjung sembuh,” jelasnya.

Oleh karena itu, Anahar mengimbau masyarakat segera menghubungi layanan kesehatan jika mengalami gejala demam yang tidak kunjung hilang lebih dari dua hari.

“Kalau sudah dua hari seperti ini (menunjukkan gejala demam dengan suhu naik dan turun), maka waspada. Segera bawa ke puskesmas. Jangan tunggu kondisinya semakin parah,” sarannya.

Sebelumnya, ahli epidemiologi Dickie Budiman memperkirakan lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 2024 mungkin didominasi oleh demam berdarah serotipe 2.

“Satu hal yang membuat saya khawatir dan salah satu hipotesis saya adalah serotipe 2 kemungkinan besar akan mendominasi kasus DBD tahun ini,” kata Dickey, 1 Maret 2024.

Keraguan ini berkaitan dengan situasi di ASEAN, dimana data dari Singapura menunjukkan bahwa serotipe 2 mendominasi serotipe demam berdarah yang terdeteksi. Penelitian menunjukkan bahwa demam berdarah 2 menyebabkan gejala yang lebih parah.

“Nah, sepertinya hal ini juga bisa terjadi di Indonesia, dan jika terjadi, berarti tingkat keparahannya bisa lebih tinggi pada tahun ini, meski serotipe demam berdarah lainnya masih ada dalam jumlah yang sangat kecil,” kata mereka.

Melihat potensi tersebut, Dickey menyarankan pemerintah Indonesia untuk melakukan investigasi ekstensif sebagai negara maju.

Pengujian dan pemantauan dilakukan untuk mendeteksi serotipe virus yang terinfeksi.

“Secara umum, negara-negara maju mencari serotipe penyebab infeksi (DBD) dan ini sangat penting dari sudut pandang epidemiologi. Dan saya menyarankan agar kita melakukan hal yang sama untuk memiliki peta.”

Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) memerlukan upaya skala besar yang melibatkan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah membuat program untuk memerangi demam berdarah, antara lain dengan memperkenalkan nyamuk Wolbachia ke beberapa kota, bekerja sama dengan pihak swasta dalam vaksin demam berdarah, dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang 3M Is.

Imran Pambudi menjelaskan, program pemberantasan nyamuk Wolbachia ini berlangsung di enam kota, yakni Denpasar, Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, dan Kupang.

Wolbachia merupakan bakteri alami pada nyamuk Aedes aegypti yang dilaporkan dapat mengurangi replikasi virus dengue dan mengurangi kemampuan nyamuk menyebarkan demam berdarah. Imran mengatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan berbagai negara dan para ahli, penggunaan bakteri Wolbachia aman.

Selain itu, Imran juga menyoroti pentingnya inovasi lain dalam penanggulangan demam berdarah dengue, seperti pengembangan vaksin demam berdarah. Saat ini terdapat dua vaksin yang tersedia, yaitu Dengvaxia yang diberikan kepada anak usia 9 hingga 16 tahun dengan skrining awal status serologisnya, dan vaksin Qudenga yang dapat diberikan kepada masyarakat hingga usia 45 tahun tanpa skrining awal dan di masa depan. dua dosis. Kamu bisa.

Imran juga menyebutkan bahwa vaksin demam berdarah sudah masuk dalam program daerah, misalnya di Kalimantan Timur pada tahun 2023. Ia juga menegaskan, demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan yang serius dan sering menimbulkan kasus langka (CLD) dan kematian baik di Indonesia maupun di Indonesia. . Di dunia ini.

Tajandra mengutip Organisasi Kesehatan Dunia yang mengatakan bahwa pencegahan dan pengendalian demam berdarah terutama bergantung pada pengendalian vektor sebagai kunci untuk menghentikan penularan.

“Kalau sakit, belum ada obat khusus untuk membunuh virus dengue (DENV). Deteksi dini dan akses terhadap layanan kesehatan yang baik adalah kunci utama penurunan angka kematian, apalagi Indonesia dilaporkan berada pada tujuan bersama yaitu nihil angka kematian. kematian akibat DBD pada tahun 2018. 2030. Oleh karena itu, pengendalian DBD harus dilakukan secara komprehensif,” kata Tajandra.

Rekomendasi WHO bulan Desember 2023 menguraikan beberapa hal yang perlu dilakukan: Pengelolaan pengendalian vektor yang efektif – pengendalian entomologi Menjamin ketersediaan laboratorium Manajemen kasus Peningkatan pengendalian kasus Komunikasi risiko dan partisipasi aktif masyarakat

Terkait pencegahan demam berdarah, dokter Ngabila Salama mengingatkan kita dengan lima hal berikut:

1. Hidup bersih dan sehat

Salah satunya dengan menjaga kebersihan rumah dan tidak membiarkan pakaian menggantung karena dapat menjadi sarang nyamuk.

2.PSN 3M Ditambah

PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M Plus meliputi, membuang dan mendaur ulang barang-barang bekas yang rawan genangan air. Selain itu, juga perlu memelihara tanaman pengusir nyamuk seperti serai, lavender, rosemary, dan ikan pemakan jentik seperti cupang.

3. Jadikan 1 Rumah 1 Kader Jumantic

Memastikan setiap rumah tangga memiliki Kader Jumantik yang ditunjuk melalui program Kader Jumantik 1 Rumah 1. Petugas Jumantic bertugas menghilangkan jentik nyamuk di sekitar rumah setiap Jumat pagi. Selama 10 menit pukul 10.00 WIB selama minimal 10 minggu, kata Ngabila melalui pesan singkat yang diperoleh dianrakyat.co.id.

3. Semprotkan atau gunakan losion pengusir nyamuk

Nyamuk demam berdarah yaitu Aedes aegypti aktif pada pukul 08.00 hingga 10.00 dan pukul 16.00 hingga 18.00. Nagabila menyarankan untuk melakukan penyemprotan terhadap nyamuk atau menggunakan losion nyamuk sendiri.

4. Aktifkan PSN dalam 9 pengaturan

Pekerjaan pemberantasan sarang nyamuk diharapkan berlangsung di sembilan lingkungan, yaitu lingkungan hidup masyarakat mandiri yang sehat, perumahan dan fasilitas umum, satuan pendidikan, satuan pasar, pariwisata, lalu lintas dan lalu lintas jalan raya, lingkungan perkantoran dan industri, jaminan sosial dan pencegahan bencana serta pengelolaan. . pesanan.

5. Vaksinasi DBD

Seseorang yang terkena demam berdarah bisa tertular empat kali lebih banyak. Pasalnya DBD memiliki 4 versi, saat ini Den 1,2,3,4.

Oleh karena itu, ada rekomendasi vaksinasi demam berdarah untuk mengurangi keparahan risiko penyakit mabuk.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan RS Tamnasari Jakarta mengatakan, “Jika sudah sembuh dari demam berdarah, bisa segera mendapatkan vaksin demam berdarah, tanpa menunggu. Untuk usia 6-45 tahun, untuk usia 6-45 tahun, umurnya 3 bulan, diberikan dua kali secara berkala.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Kamis Seru, Nonton Gak Pake Mahal! Langganan Vision+ di Blibli Dapatkan Cashback hingga Rp10 Ribu
Next post Perlukah Mencuci Wajah Saat Baru Bangun Tidur?