Kasus DBD Kabupaten Karawang Capai 182, Ahli Singgung Soal Cuaca dan Kelembapan

Read Time:2 Minute, 23 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Epidemiolog Dickey Budiman baru-baru ini mengomentari kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Negeri Karawang.

Berdasarkan informasi yang diterima, Kabupaten Karawang melaporkan 182 kasus DBD pada Februari 2024. Angka tersebut pertama kali dilaporkan oleh Yayuk Sri, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karawang. Perpisahan Senin, 26 Februari 2024

Menurut Dickey, peningkatan kasus tersebut disebabkan musim hujan yang memperluas tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.

“Saat ini sedang musim hujan dan biasanya musim hujan bisa meningkatkan kasus DBD. Bisa dua, tiga atau bahkan lima kali lebih banyak dari biasanya. “Pada dasarnya jumlah atau sebaran genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk sudah lebih banyak dan seragam,” kata Dickey Health kepada dianrakyat.co.id melalui pesan suara, Selasa (27/2/2024).

Dokter Spesialis Penyakit Dalam – Konsultan Penyakit Menular Tropis Brigjen TNI (Purn) ditanyai soal peningkatan kasus DBD di Negeri Karawang. Dr. Soroi Lardo

Menurut Soroi, anomali cuaca berperan penting dalam meningkatkan vektor nyamuk di suatu daerah. Hal yang sama berlaku untuk tingkat kelembapan.

“Situasi di Karawang bisa jadi karena tingkat kelembapan dan fluktuasi cuaca ya, perubahan iklim memungkinkan penyakit demam berdarah meningkat. Di kawasan ini, tingkat kelembapan meningkatkan perkembangbiakan nyamuk sehingga lebih aktif dan banyak terdapat perairan. ,” kata Soroi dalam diskusi online bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (27/02/2024).

Karena demam berdarah sangat erat kaitannya dengan fluktuasi cuaca dan kelembapan, Soroi menganggap peran berbagai spesialis diperlukan dalam memerangi demam berdarah.

Soroi menilai perlu melibatkan tidak hanya dokter atau tenaga kesehatan saja, tapi juga dokter spesialis lainnya, misalnya dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Jadi saya bukan hanya dokter di bidang penularan saja, tapi kita juga membutuhkan tenaga kesehatan untuk melawannya, bahkan Badan Meteorologi (BMKG) untuk mengetahui tingkat kelembapannya,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu Soroi mengimbau masyarakat mewaspadai penyakit DBD agar penyakit tersebut tidak menyerang anak-anak.

Oleh karena itu, anak-anak harus lebih waspada terhadap masalah DBD karena daya tahan tubuhnya belum berkembang secara maksimal, jelas Soroy.

Orang tua tidak boleh lengah saat demam anak penderita DBD mulai mereda. Pasalnya, orang tua sering kali mengabaikan masa kritis demam berdarah pada anak.

Fase kritis demam berdarah dapat ditandai dengan demam tinggi yang mulai mereda hingga anak dianggap bebas demam. Faktanya, ini adalah tahapan penting yang membutuhkan kehati-hatian yang ekstrim.

Penyakit demam berdarah telah lama diperangi di Indonesia. Namun permasalahannya tidak pernah berakhir. Mengingat Indonesia adalah negara yang besar, penyakit demam berdarah merupakan masalah yang serius.

“Negara kita sangat besar, dan penyakit darah sangat kompleks, dengan simpul hulu dan hilir.”

“Kenapa (masalah DBD) sampai sekarang?” Padahal upaya kita sudah sangat tinggi, sudah banyak penelitian yang dilakukan di Lembaga Eikman atau Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.

Sayangnya implementasi hasil penelitian belum dilakukan secara maksimal dan komprehensif.

“Belum dalam tahapan terkait implementasi hasil penelitian. Oleh karena itu, perlu ada indikasi untuk komunikasi publik, lalu langkah apa yang harus dilakukan secara bertahap,” pungkas Soroy.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Konsumsi Pertamax Diprediksi Naik 15% saat Mudik Lebaran 2024
Next post IIMS 2024 Siap Pamerkan Puluhan Merek Kendaraan Bermotor