PMI Manufaktur Nasional Ekspansif Jadi Momentum Keluarkan Kebijakan Pro Industri

Read Time:2 Minute, 8 Second

dianrakyat.co.id, JAKARTA – Industri konstruksi Indonesia tetap kuat sejak awal tahun 2024. Salah satu perkembangan positif di sektor industri adalah peningkatan produksi karena adanya permintaan baru dari pasar dalam negeri.

Berdasarkan data S&P Global, indikator Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia masih berada pada level ekspansif sebesar 52,7 pada Februari 2024. Angka PMI yang tersebar luas ini mencerminkan pertumbuhan positif PDB atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Bob Azam, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), memuji pencapaian PMI manufaktur Indonesia selama 30 bulan berturut-turut, yang diberi peringkat secara garis besar. Menurutnya, PMI konstruksi menandakan Indonesia memang sudah keluar dari pandemi Covid-19. Selain itu, PMI manufaktur nasional yang berada pada fase ekspansi merupakan indikator kuat bahwa industri Indonesia berada dalam kondisi industrialisasi berkelanjutan.

“Pelaku industri sangat positif terhadap kuatnya kinerja PMI manufaktur Indonesia selama 30 bulan berturut-turut, yang juga berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi bangsa,” kata Bob.

Bob menambahkan, pencapaian positif ini patut dirayakan seiring dengan pulihnya sektor industri nasional dari pandemi Covid-19. Perolehan PMI Indonesia bulan Februari 2024 tertinggal dibandingkan negara maju seperti Tiongkok (50,9); Jerman (42,3); Jepang (47,2); Inggris (47.1); Amerika Serikat (51,5); Malaysia (49,5); Myanmar (46,7); Filipina (51,0); Taiwan (48,6); Thailand (45,3) dan Vietnam (50,4).

Bob mengatakan, membaiknya angka PMI manufaktur harus diikuti dengan langkah strategis pemerintah dengan berbagai kebijakan yang memprioritaskan pertumbuhan sektor industri. Oleh karena itu, penetapan kebijakan dapat merangsang perkembangan perekonomian negara.

“Industri tidak berjalan sendiri-sendiri, tentu dipengaruhi oleh kebijakan lain seperti perdagangan dan keuangan. Faktor yang paling penting adalah indikator ketenagakerjaan. Jadi dalam fase ekspansi, kita harus mengikuti PMI ketenagakerjaan yang positif selama 30 bulan berturut-turut. Terakhir, ketenagakerjaan, ” dia berkata.

Kerja sama multisektor itu penting.

Pengumpulan pajak Bob menegaskan, kebijakan di sektor lain seperti perdagangan dan arus komoditas menjadi salah satu faktor yang akan meningkatkan pertumbuhan sektor riil Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah pusat harus serius menerapkan kebijakan yang baik bagi sektor industri tanah air.

“Misalkan kita mau manufaktur tapi ada bahan baku impor yang sulit dan menghambat terciptanya sektor riil,” ujarnya.

Bob menekankan perlunya menerjemahkan optimisme sektor manufaktur nasional yang tercermin dalam angka PMI secara luas ke dalam tindakan. Menurut Bob, hal ini memerlukan dukungan multisektor agar kebijakan dapat dilaksanakan secara efektif dan tepat sasaran.

“Kementerian Perindustrian harus didukung oleh Kementerian Perekonomian dan Perdagangan serta Kementerian Keuangan. Termasuk arus barang. Berbagai negara menghadapi biaya logistik yang tinggi akibat konflik. PMI mempunyai tantangan internal dan eksternal namun memiliki modal yang baik. Itu sebuah negara,” katanya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Rayakan Hari Kartini, The Westin Resort Nusa Dua Gelar Celebrate Women
Next post 3 Robot Ini Siap Ambil Peran ART, Rumah Bersih Enggak Pakai Ribet