199 Ribu Keluarga di Banten Tak Miliki Jamban Layak

Read Time:2 Minute, 35 Second

dianrakyat.co.id, Kondisi sanitasi Batavia menjadi salah satu faktor penting yang menentukan laju pemukulan di suatu daerah. Sayangnya, 12% penduduk Banten, atau 49.408 keluarga, tidak memiliki sumber air minum utama yang memadai.

Faktanya, 48,5% atau 199.877 keluarga tidak memiliki privasi sendiri. Sebaliknya, 70% atau 325.857 keluarga di 4Too berisiko masuk dalam kategori bayi terlalu dini, terlalu tua, terlalu dekat kandungannya, dan memiliki terlalu banyak anak. Sementara itu, sebanyak 258.561 keluarga (62,7%) tidak ikut serta dalam keluarga berencana modern.

Data tersebut terungkap melalui sosialisasi informasi rumah tangga mengenai stuting, pemutakhiran hasil, verifikasi dan validasi dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan di Provinsi Banten. Penularannya terjadi pada Senin 12 Februari 2014 di Kota Serang.

Ricky Febrianto, Koordinator Kelompok Provinsi Banten yang berupaya mempercepat penurunan stunting, mengatakan informasi ini penting bagi semua orang. Sebab, faktor risiko yang mudah diamati dan berdampak signifikan terhadap perkembangan perekonomian antara lain sanitasi, akses terhadap air bersih, dan 4 kondisi ekstrim serta partisipasi dalam keluarga berencana modern.

Di berbagai daerah, upaya pengurangan artikulasi didukung oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK). Ricky menjelaskan, jumlah TPK di Provinsi Banten sebanyak 8.136 keluarga dan jumlah keluarga yang berisiko terhambatnya pembangunan mencapai 332.532 keluarga. Artinya target bantuan masing-masing TPK sebesar 51%.

Jika dilihat dari jumlah anggota TPK yang berjumlah 24.408 orang, target setiap anggota TPK berkontribusi sebesar 17%.

Lebih lanjut Ricky menyatakan, pemanfaatan data keluarga berisiko stuting (KRS) dapat dijadikan peta untuk membantu kerja TPK. Mulai dari membagi beban kerja, melaporkan pemutakhiran data KRS, menyusun prioritas pendampingan, dan menyasar keluarga sasaran.

Sementara itu, Rusman Efendi, Kepala Badan Kesejahteraan Rakyat dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Banten, mengatakan tahun 2024 akan menjadi tahun penentu pencapaian tujuan penurunan angka kemiskinan.

Hal ini diamanatkan dalam Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Dewan Pengembangan Media Nasional (RPJMN) 2020-2024.

RPJMN bertujuan untuk menurunkan prevalensi menjadi 14% pada tahun 2024.

Rusman mengatakan, diundangkannya Peraturan Presiden Nomor. 72 pada saat percepatan penurunan penurunan pada tahun 2021 upaya untuk lebih meningkatkan percepatan penurunan penurunan secara menyeluruh, menyeluruh dan UMUM. Koordinasi, kolaborasi dan sinkronisasi antar departemen.

Rusman menambahkan, pendekatan berbasis keluarga yang menyasar risiko keterlambatan perkembangan merupakan strategi untuk memastikan intervensi tepat sasaran. Akan bermanfaat bagi semua keluarga jika memiliki anak yang berisiko mengalami percepatan pertumbuhan.

Selain itu, sinergi pemutakhiran data, validasi dan validasi data keluarga risiko stroke menjadi penting dan strategis bagi pelaksanaan intervensi estimasi manajemen di seluruh tingkat daerah.

“Tentunya data KRS ini harus disebarluaskan dengan baik kepada tim tingkat provinsi dan desa untuk percepatan perkiraan pengurangan.”

Data KRS juga akan memudahkan petugas lapangan untuk mencapai titik sasaran secara langsung. “Hal ini mencegah berkembangnya penundaan baru,” lanjut Rathman.

Ia juga menyampaikan, berdasarkan hasil peningkatkan, verifikasi, dan penguatan keluarga berisiko mengalami keterlambatan perkembangan pada tahun 2022, proporsi keluarga berisiko mengalami keterlambatan perkembangan sebanyak 28,91% atau sebanyak 532.580 keluarga. Tahun berikutnya jumlahnya turun menjadi 21,95% atau 412.535 keluarga.

Publikasi ini senantiasa menyajikan informasi Provinsi Banten yang lebih akurat, terkini, komprehensif, sistematis dan mudah diakses. Dapat pula diangkat dan dibuat rencana serta rekomendasi optimalisasi aksi prioritas untuk mempercepat penurunan estimasi di Provinsi Banten pada tahun 2024.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Masyarakat ‘Digital Savvy’ Alami Perubahan Perilaku
Next post Ternyata Ini Hukum Meluruskan Rambut dalam Islam