0 0
Read Time:2 Minute, 21 Second

dianrakyat.co.id Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jakarta Bahlil Lahadalia mengumumkan pihaknya mempercepat pengkajian Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 96 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha di Sektor Pertambangan dan Batubara.

Bahlil mengatakan, perundingan dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) telah selesai dan akan selesai setelah peninjauan PP ini selesai. Indonesia nantinya akan menambah kepemilikan sahamnya di Freeport (PTFI) menjadi 61 persen, naik 10 persen dari sebelumnya 51 persen. “Jika ini terjadi, potensi penambahan saham Freeport untuk NKRI yang saat ini sebesar 51 persen, ke depan akan menjadi 61 persen.” Ekuitasnya sudah 61%,” kata Bahlil dalam konferensi pers prospek investasi pasca Pemilu 2024, Senin (18 Maret 2024).

Bahlil menambahkan, PP 96 Tahun 2021 memberikan kepastian terhadap investasi berkelanjutan, khususnya investasi besar. Peraturan ini hendaknya tidak berlaku khusus bagi perusahaan tertentu saja, melainkan seluruh perusahaan. 40.000 pekerja mengerjakan proyek smelter Freeport Indonesia di Gresik.

Sebelumnya, PT Freeport Indonesia (PTFI) melakukan percepatan proyek smelter tembaga di Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu Jawa (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur.

Grup MIND ID yakin bahwa pengembangan karyawan dan pengembangan profesional merupakan aspek terpenting dalam mencapai keberlanjutan perusahaan.

Laju pembangunan smelter tembaga tersebut mencapai 90,6 persen pada Desember 2023 dan dijadwalkan commissioning pada Juni 2024. Kilang tembaga ini merupakan bagian dari program pemerintah untuk mempercepat penambangan.

“Progres konstruksi pabrik sudah sesuai rencana dan dijadwalkan commissioning pada pertengahan 2024,” kata Heri Yusuf, Sekretaris Perusahaan MIND ID, Senin (3 November 2024).

Smelter Freeport Indonesia akan mulai berproduksi pada Agustus 2024 dan mencapai kapasitas penuh pada akhir Desember 2024. Artinya, smelter tersebut bisa beroperasi penuh pada akhir tahun 2024, ujarnya.

Heri mengatakan proyek tersebut dikerjakan oleh 40.000 pekerja, 99 persen di antaranya adalah pekerja Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 56 persen berasal dari Jawa Timur. Jika sudah beroperasi penuh, smelter tembaga baru ini akan mempekerjakan sedikitnya 1.500 orang.

“Ini uniknya smelter tembaga PTFI, dimana untuk menjadi negara maju kita bergantung pada tenaga kerja lokal,” ujarnya.

Pembangunan smelter PTFI juga melengkapi Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (NOS3N) 2024 dengan tercapainya 32 juta jam kerja aman.

Smelter ini akan menjadi single stream smelter terbesar di dunia dan mampu mengolah konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600 ribu ton per tahun.

Selain katoda tembaga, pabrik ini terutama memproduksi emas, perak murni batangan, dan logam golongan platina (PGM). Selain itu, terdapat produk samping smelter yang bernilai hingga $3,1 juta yaitu asam sulfat, gipsum, dan timbal.

Produksi emas di pabrik PTFI Gresik mencapai 50 ton per tahun dan perak 150-200 ton per tahun. Proses peleburan tersebut menghasilkan emas dan perak murni sebanyak 6.000 ton per tahun sebagai produk samping lumpur anoda.

Produk samping lainnya adalah asam sulfat 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum 150.000 ton per tahun.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D