0 0
Read Time:2 Minute, 32 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Sebagai negara terdampak demam berdarah, Indonesia menghadapi tantangan yang sama setiap tahunnya. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat 98.071 kasus dan 764 kematian hingga minggu ke-52 tahun 2023. Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit yang sangat mendesak karena dapat menyebabkan kematian jika tidak diobati secara khusus.

Ketua Asosiasi FNM dan Pendiri Profesor Dr. Nila juga menjelaskan bahwa beban yang diakibatkan oleh penyakit demam berdarah telah memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.

“Pasien yang dirawat akhir-akhir ini bisa berakibat fatal, bahkan kematian, yang menempatkan anak-anak pada risiko lebih besar,” katanya pada diskusi publik tentang ‘Peran Masyarakat dalam Perlindungan Terhadap Ancaman Demam Berdarah’ yang diselenggarakan oleh Asosiasi Farid Nila Moylock. . Baru-baru ini dengan Bio Pharma dan PT Takeda Innovative Medicines. Acara ini dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai pemangku kepentingan, baik secara daring maupun luring.

Jika itu terjadi, bukan hanya keluarga, tapi juga negara yang dirugikan, ujarnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan RI, Profesor Dr. Dante Saxono Harbuono SpPD PhD menyoroti peningkatan kasus demam berdarah selama 10 tahun terakhir dan komitmen pemerintah terhadap strategi pencegahan. Program 3M Plus memang efektif, namun memerlukan inovasi, seperti pengembangan teknologi untuk nyamuk ber-Wolbachia dan vaksin.

Dante menjelaskan, peningkatan kasus DBD di Indonesia biasanya mulai meningkat pada bulan November dan puncaknya pada bulan Februari. Apalagi dengan suhu yang semakin hangat akibat El Nino saat ini.

Oleh karena itu, Dante di Indonesia menjadi salah satu dari 30 negara regional dengan jumlah kasus terbanyak. Sebagian besar kabupaten/kota mempunyai angka kejadian 10/100.000, namun terdapat 26 kabupaten/kota yang mempunyai angka kejadian >10/100.000.

Dalam acara yang sama, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Dr. Maxi Raine Rondonuvu DHSM MARS menekankan komitmen pemerintah dalam pengendalian demam berdarah dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan. Program pengenalan vaksin DBD tidak bisa dimulai setelah tahun depan.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof. Dr. Ali Gufron Mukti, M.Sc, Ph.D., menyambut baik diskusi mencari solusi efektif beban penyakit demam berdarah dan menekankan peran BPJS dalam memberikan pelayanan kesehatan.

“Dana yang dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk pengobatan DBD pada tahun 2023 sebesar Rp1,3 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp626 miliar,” ujarnya.

Perwakilan PAPDI Profesor Dr. Ernie Juvita Nelwan SpPD-KPTI PhD menekankan pentingnya cakupan komprehensif dan vaksinasi demam berdarah pada usia 6 hingga 45 tahun. Menurutnya, intervensi terhadap infeksi DBD harus dilakukan secara holistik, yakni pada agen, host, dan lingkungan.

“Vaksinasi merupakan cara yang sangat penting untuk membantu memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap ancaman serius penyakit demam berdarah,” ujarnya.

“Apalagi jika seseorang mengidap penyakit diabetes, atau penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi, maka mereka lebih berpeluang terkena DBD parah dibandingkan mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta,” kata Ernie.

Ketua Satgas Imunisasi IDAI Profesor Dr. Dr.

Selain itu, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, berkomitmen untuk menjadi peserta aktif dalam edukasi dan pencegahan demam berdarah di Indonesia. Ia mengajak semua pihak berkomitmen dan proaktif dalam edukasi pencegahan DBD dan mendukung inovasi seperti vaksin DBD.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D